Pengikut

Sabtu, 27 September 2008

Aturan Memakai Jamu

Kita mengetahui bahwa jamu adalah obat-obat asli dari Indonesia yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, merupakan warisan leluhur yang bahan2nya di ambil dari hasil bumi asli Indonesia, dan hasil dari pengalaman leluhur dalam mengamati kejadian disekelilingnya. Jamu yang berbahan alami sangat berguna bagi siapa saja, sudah banyak orang yang merasakan manfaat dari jamu ini, banyak yang mengakui bahwa efek dari jamu ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan obat-obatan modern saat ini.
Dalam penggunaan jamu kita harus memperhatikan bagaimana penggunaan atau perlakuan terhadap jamu ini sehingga hasilnya dapat optimal seperti yang diharapkan.


Waktu Memetik Bahan Jamu (Tanaman Obat)

Untuk mendapatkan bahan jamu yang terbaik dari tanaman, perlu diperhatikan saat pengumpulan bahan berkhasiat. Berikut ini pedoman waktu pemetikan tanaman secara umum :

1. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak.
2. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3. Buah dipetik dalam keadaan masak.
4. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5. Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber) dan ubi lapis (bulbus) dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.


Pencucian Dan Pengeringan

Bahan tanaman yang sudah dikumpulkan, segera dicuci bersih dan sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir. Maksudnya untuk menghilangkan semua kotoran yang melekat, baik tanah, telur cacing atau yang cukup berbahaya adalah pestisida, sebab pestisida ini sering digunakan para petani kita untuk membasmi serangga.
Bahan tanaman yang telah bersih dapat segera dimanfaatkan sebagai obat bila diperlukan pemakaian bahan segar atau dikeringkan untuk disimpan, bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pengeringan bahan tanaman dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat lebih lama disimpan dalam toples atau wadah yang tertutup rapat. Bahan yang telah kering, juga lebih mudah dihaluskan, bila ingin dibuat serbuk.


Cara Melakukan Pengeringan Bahan Jamu

Bila bahannya besar atau banyak mengandung air, dapat dipotong2 seperlunya. Pengeringan bahan dapat langsung dibawah sinar matahari atau memakai pelindung seperti kawat halus, sehingga pengeringan tidak terlalu cepat.
Pengeringan dapat juga dilakukan hanya dengan mengangin2kan bahan di tempat yang teduh atau di dalam ruangan pengeringan yang aliran udaranya baik.


Cara Merebus Ramuan

Merebus ramuan jamu yang berasal dari simplisia (bahan dari tanaman berkhasiat obat yang belum tercampur, belum diolah, tapi sudah dalam keadaan bersih) bisa berasal dari bahan segar atau yang telah dikeringkan. Bahan segar yang hendak direbus, harus sudah dicuci bersih. Bila bahannya besar atau tebal seperti daun yang lebar, rimpang, kulit kayu atau batang, dapat dipotong tipis seperlunya. Perebusan dilakukan dalam pot tanah/keramik atau panci email. Pot keramik (ceramic clay pot) bisa dibeli di toko obat tradisional.
Jangan sesekali merebus jamu dengan menggunakan panci dari bahan besi, aluminium atau kuningan, karena dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun (toksik) atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat. Gunakan air bersih untuk merebus, sebaiknya air murni kecuali bila ditentukan lain. Bahan obat dimasukkan kedalam pot tanah, masukkan air sampai bahan obat terendam seluruhnya dan permukaan air berada 30 mm di atasnya. Perebusan dimulai bila air telah meresap ke dalam bahan ramuan obat. Rebus dengan api yang sesuai.
Bila tidak ditentukan lain, biasanya merebus ramuan obat dimulai dengan api besar sampai airnya mendidih. Selanjutnya, api dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau terlalu cepat kering. Kadangkala, api besar atau api kecil digunakan sendiri-sendiri sewaktu merebus ramuan obat. Misalnya, obat yang bersifat menguatkan (tonik) direbus dengan api kecil sehingga bahan aktif dapat secara lengkap dikeluarkan ke dalam air rebusan. Tanaman obat yang mengandung racun direbus dengan api kecil sehingga bahan aktif dapat secara lengkap dikeluarkan ke dalam air rebusan. Tanaman obat yang mengandung racun direbus dengan api kecil dalam waktu yang lama, skitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nayala api yang besar digunakan untuk ramuan obat yang berkhasiat mengeluarkan keringat, seperti misalnya ramuan obat influenza atau demam. Maksudnya, supaya pendidihan menjadi cepat dan penguapan yang berlebihan dari zat menguap yang merupakan komponen aktif tanaman obat dapat dicegah.
Bila tidak ditentukan lain, maka perebusan dianggap selesai ketika air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula. Bila bahan obat yang direbus banyak yang keras seperti biji, batang atau kulit kayu, maka perebusan selesai setelah air rebusan tersisa sepertiganya.
Ada cara perebusan yang sedikit berbeda dari cara yang diatas karena adanya bahan2 yang memerlukan perlakuan khusus, seperti misalnya :

1. Direbus terlebih dahulu
Dilakukan bila ada bahan obat yang besar atau keras dan sukar diekstrak, seperti kulit kerang atau mineral. Bahan tersebut dihancurkan dan direbus terlebih dahulu kira2 10' sebelum bahan obat lainnya dimasukkan.
2. Direbus paling akhir
Dilakukan bila ada bahan obat yang mudah menguap atau bahan aktifnya mudah terurai. Misalnya peppermint, akar costus atau bahan pewangi. Bahan tersebut dimasukkan terakhir, kira2 4-5 menit menjelang rebusan obat siap diangkat.
3. Direbus dalam bungkusan
Beberapa bahan obat seperti biji daun sendok (plantain seed) dan bunga inula (inula flower), harus dibungkus terlebih dahulu dengan kain sebelum direbus, jika tidak akan menimbulkan kekeruhan dan menghasilkan bahan yang dapat menimbulkan iritasi pada tenggorokan.


Didihkan Perlahan-lahan Atau Direbus Terpisah

Perebusan cara ini dilakukan dengan maksud untuk menghindarkan kerusakan zat berkhasiat atau terserapnya zat berkhasiat bila direbus bersama bahan lain. Contohnya ginseng. Irislah bahan ini tipis2, kemudian direbus terpisah dalam pot tertutup dengan api kecil selama 2-3 jam.


Dilarutkan Melalui Penyeduhan

Ada beberapa macam bahan obat atau jamu yang lengket, kental atau mudah terurai bila direbus terlalu lama dengan bahan obat lainnya atau mudah melekat di dinding pot/bahan obat lain, sehingga pengeluaran bahan aktif obat lain terhambat. Contohnya gelatin kulit keledai (donkey hide gelatin) dan malt sugar. Bahan yang seperti ini tidak direbus bersama bahan lain. Masukkan ke dalam cangkir, lalu seduh dengan air rebusan obat.


Waktu Minum Jamu

Berikut ini ada beberapa pedoman waktu minum jamu yang dapat digunakan, bila tidak ada petunjuk yang lain. Biasanya jamu diminum sebelum makan. Bila jamu tersebut merangsang lambung, maka ramuan tersebut diminum setelah makan. Obat yang berkhasiat menguatkan (tonik), diminum sewaktu perut kosong. Obat yang berkhasiat menenangkan, diminum sewaktu mau tidur. Bila penyakit baru terjadi (akut), obat diminum setiap saat. Bila menderita penyakit yang sudah lama (kronis), ramuan obat diminum sesuai jadwal secar teratur. Obat dapat diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau diminum sebagai pengganti teh.


Cara Minum Jamu

Jamu biasanya diminum satu dosis sehari, dibagi untuk 2-3 kali minum. Umumnya jamu diminum sewaktu masih hangat, terutama untuk pengobatan sindroma luar. Setelah minum obat, pakailah baju tebal atau memakai selimut supaya tubuh tetap hangat dan mudah mengeluarkan keringat.
Untuk pengobatan sindroma panas, jamu diminum dalam keadaan dingin. Pada pengobatan sindroma dingin, jamu diminum dalam keadaan hangat. Jamu yang agak beracun (toksik) diminum seidikit demi sedikit tetapi sering. Tambahkan dosisnya secara bertahap, sehingga efek pengobatan tercapai.


Lama Pengobatan

Tanaman berkhasiat obat yang nantinya digunakan sebagai jamu yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak lambat tetapi bersifat konstruktif. Hal ini berbeda dengan obat kimiawi yang hasil pengobatannya terlihat cepat tetapi bersifat destruktif (merusak bagian yang lain). Oleh karena itu, obat dari tanaman tidak dianjurkan pemakaiannya untuk penyakit-penyakit infeksi yang sifatnya mendadak (akut). namun, tanaman obat diutamakan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit menahun (kronis) yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimiawi, atau memerlukan kombinasi pengobatan antara obat kimiawi dengan obat dari tanaman yang berkhasiat.
Jadi seseorang hendaknya tidak terlalu fanatik mengandalkan jamu saja atau sebaliknya hanya menggunakan pengobatan medis yang berbahan kimiawi, semua bisa digunakan asal sesuai pada tempatnya.

Disadur dari : Aneka Resep Obat Kuno Yang Mujarab. Rahimsyah.AR. MB. Aprindo Jakarta. 2003.